berbagi ilmu tidak mengurangi ilmu yang kita punya. tetapi dengan berbagi ilmu kita akan memperkaya pengetahuan dan wawasan kita.

Minggu, 11 Maret 2012

C.I.N.T.A

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia atau bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan beberapa bahasa mutakhir di Eropa, terlihat lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep ini. Termasuk juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep: eros, philia, dan agape.
Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:

-    Perasaan
-     Pengenalan
-     Tanggung jawab
-    Perhatian
-    Saling menghormati

Erich Fromm dalam buku larisnya (the art of loving) menyatakan bahwa ke empat gejala: Care, Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK), muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai. Omong kosong jika seseorang mengatakan mencintai anak tetapi tak pernah mengasuh dan tak ada tanggungjawab pada si anak. Sementara tanggungjawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya & tanpa rasa ingin mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru, rohaniwan dll pada sikap otoriter.

Tingkatan-tingkatan Cinta

Menurut Abdullah Nasih Ulwan, cinta memiliki tiga tingkatan.

- Cinta tingkat tertinggi, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya
- Cinta Tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat
- Cinta tingkat terendah; ialah cinta yang lebih mengutamakan cinta kepada keluarga, harta dan masalah dunia dari pada mencintai Allah dan Rasul-Nya

Tiga tingkatan cinta itu berdasarkan Firman Allah Pada surat At-Taubah [9]:24

“Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(Qs. At Taubah[9]:24)

Dari ketiga tingkatan cinta tersebut kemudian di sederhanakan lagi menjadi dua bagian cinta. Yaitu cinta kepada sesama makhluk dan cinta kepada Allah swt.

a. Cinta Kepada Makhluk

Cinta kepada sesama makhluk pada hakekatnya harus menjadi personifikasi cinta kepada Allah SWT. Artinya, ketika kita mencintai saudara kita, anak-anak, orang tua, pekerjaan dan yang lainnya, maka cinta-cinta ini harus disandarkan pada kecintaan kita kepada Allah SWT. Sering timbul pertanyaan, bagaimana mencintai seseorang karena kita mencintai karena Allah.

Contoh sederhana yang dapat kita pelajari misalnya; ketika laki-laki mencintai wanita karena Allah maka sang laki-laki harus berlaku jujur, setia, mengasihi dan tidak melakukan sesuatu yang di benci Allah, yaitu bermaksiat.

Ia lebih mendahulukan ridho Allah dari pada orang yang di kasihinya. Ia mampu menahan diri dengan tidak mengikuti hawa nafsunya yang menyebabkan ternoda kemurnian cintanya. Maka itu berarti kita berada pada jalan kecintaan karena Allah SWT.

Dari rasa cinta kita kepada makhluk yang terpenting adalah cinta kita kepada sesama muslim. Inilah cinta yang akan melahirkan bangunan kokoh persaudaraan, hati menjadi lapang, beban terasa ringan, wajah ceria penuh senyuman. Ikatan cinta antara sesama kaum muslimin merupakan salah satu indicator keimanan yang sempurna. Dari Anas Bin Malik r.a. RAsulullah bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang diantara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. ( Hr. Shoheh Muslim )

Dalam hadits lain, dari riwayat Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda:

“Di hari kiamat nanti, Allah Swt, berfirman,” Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagugan-Ku?. Hari ini mereka Aku naungi dengan perlindungan-Ku, di hari ketika tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Ku.”.

Maksud dari kata keagungan-Ku dalam hadits ini adalah didasari oleh keagungan dan taat kepada Allah, bukan karena landasan kepentingan duniawi atau tujuan-tujuan pribadi yang materialistis.

b. Cinta Kepada Allah SWT

Mencintai Allah adalah cinta dalam tingkatan yang paling tinggi. Mencintai Allah berarti tidak memberi kesempatan kepada jiwa untuk mencintai yang lain. Seperti tergambar dalam sebuah ayat:

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”. Qs. Al-Baqarah [2]:165

Dalam ayat ini di gambarkan bahwa orang yang benar-benar mencintai Allah adalah orang yang tidak punya sesembahan-sesembahan lain yang dapat menandingi cintanya kepada Allah. Dengan kata lain, mencintai Allah adalah karena Allah sendiri bukan karena yang lainnya.

Hal yang paling mudah dipahami oleh akal pikiran mengapa kita hanya patut mencintai Allah adalah karena anugerah nikmat yang telah di berikan Allah kepada kita. Kenikmatan yang seluruh manusia tenggelam di kedalaman samuderanya, yang mengiringi manusia bersama hirupan napas dan detak jantungnya, yang menyertainya di setiap tempat dan waktu, yang bersama keluasan dan keabadian-Nya semata bersumber dari Dzat Allah Swt.
Rasulullah bersabda:
“Cintailah Allah karena nikmat yang di anugerahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kalian kepada-Nya, dan cintailah ahlulbaitku karena cinta kalian kepadaku” (Hr. Tirmidzi dan Hakim)

Pendapat saya tentang Cinta
C.I.N.T.A. pastilah setiap manusia memiliki perasaan cinta dan pastinya kita sudah pernah merasakan apa itu cinta. Mulai dari kita kecil pun sudah diajarkan tentang Cinta. Seperti yang di ajarkan kepada saya waktu kecil, saya diajarkan di sekolahan untuk cinta tanah air, begitu juga saat saya di pengajian saya diajaarkan untuk  cinta kepada ALLAH SWT, cinta kepada Rasulullah SAW, dan juga cinta terhadap sesama.
Saya pun setuju dengan pendapat bahwa cinta memiliki 3 tingkatan seperti yang tertulis diatas. Tingkatan yang tertinggi adalah yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena Aallah SWT lah yang telah menciptakan kita, yang telah memberkan kita nikmat dan hidayahnya. Dan juga cinta kepada  Rasulullah SAW, karena Rasulullah adalah pedoman kita, pemimpin kita dalam menjalankah hidup didunia ini. Oleh sebab itu cinta Allah adalah Cinta pada tingkatan yang paling tertinggi dan kita tidak boleh memiliki rasa cinta yang lebih tinggi daripada rasa Cinta kita kepada Allah. Namun, pada saat ini kebanyakan kita lupa akan rasa cinta kepada Allah, apalagi saat kita sedang berada dalam kebahagiaan. Kebanyakan kita lupa dan tidak mengucapkan rasa syukur kita terhadap apa yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Dan sebaliknya saat kita berada dalam kesusahan apalagi dalam keadaan yang sangat susah barulah kita kita ingat kepada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya.
Tingkatan kedua adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat. Atau yang dapat saya simpulkan adalah Cinta antar sesama.ya cinta ini lah yang dimiliki oleh setiap manusia. Mereka akan merasakan apa itu cinta yang sebenarnya.
Cinta tingkat terendah ialah cinta yang lebih mengutamakan cinta kepada keluarga, harta dan masalah dunia dari pada mencintai Allah dan Rasul-Nya. Inilah yang banyak terjadi sekarang. Biasanya rasa cinta ini timbul akibat dari hawa nafsu manusia yang hanya mementingkan hal-hal duniawi saja. Mereka lebih mementingkan rasa cinta mereka kepada harata mereka,tahta dll daripada rasa cinta mereka kepada Allah SWT. Dalam tingkat cinta rendah ini mereka akan merasa takut dengan apa yang mereka cintai sekarang ini seperti mereka akan takut akan kehilangan harta mereka, kehilangan tahta atau jabatan mereka, dan mereka mau melakukan apa saja baik positif atau pun negative agar tidah hilang. Namun mereka lupa bahkan tidak takut akan kehilangan rasa cinta mereka kepada Allah SWT.banyak kasus yang terjadi di kehidupan ini bahwa banyaknya manusia yang lebih mementingkan cinta oleh nafsu daripada cinta kepada sang pencipta.sebagai contohnya. Banyak diantara kita merasa keghilangan banget apa yang kita sangat cintai seperti kehilangan harta, kehilangan jabatan, kehilangan pacar sampai kita sanyat stress dan frustasi bahkan sampai gila. Dan yang lebih parahnya lagi adalah sampai kita bunuh diri karena kehilangan tersebut. Ya itulah contohnya mementingkan cinta dengan nafsu duniawi.lain lagi apabila kita mengutamakan rasa Cinta kita kepada Allah apabila terjadi kehilangan seperti itu kita akan selalu ingan kepada Allah dang pasti ada hikmah dibalik itu semua sehingga tidak akan berfikir yang negatif-negatif dan tidak akan melakukan hal-hal yang aneh aneh.satu kuncinya adalah PERCAYA kepada ALLAH yang akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Jadi kehilangan apa yang terjadi percayalah bahwa Allah memiliki rencana lain.




referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Cinta
http://www.dakta.com/getar-kalam/5324/tingkatan-tingkatan-cinta.html/

0 comments:

Posting Komentar